DETEKSI JAMUR DERMATOFIT DAN NON DERMATOFIT PADA TINEA UNGUIUM MENGGUNAKAN MEDIA ALTERNATIF SUKUN DEKSTROSA AGAR
DETEKSI JAMUR DERMATOFIT DAN NON DERMATOFIT PADA TINEA UNGUIUM MENGGUNAKAN MEDIA ALTERNATIF SUKUN DEKSTROSA AGAR
Abstract
Abstrak: Indonesia merupakan negara dengan cuaca lembab dan panas, menggambarkan daerah ideal untuk perkembangan aneka mikroorganisme antara lain jamur. Jamur merupakan tumbuhan yang memerlukan kondisi habitat dan kelembaban yang tinggi. Sehingga merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kelompok yang berisiko tinggi terkena infeksi jamur yaitu para petani karena selalu berkontak langsung dengan daerah yang hangat dan lembab saat bekerja. Onikomikosis merupakan penyakit kuku yang paling umum dan menyebabkan hampir 50% dari seluruh kelainan kuku. Onikomikosis hanya digunakan untuk infeksi nondermatofita, sedangkan yang disebabkan jamur dermatofita disebut tinea ungunium. Untuk melihat pertumbuhan jamur pada infeksi kuku dengan menggunakan media alternatif sukun dekstrosa agar. Jenis penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Identifikasi sampel menggunakan Metode KOH 10% dengan jumlah sampel 20 kuku kaki petani. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa dari 20 sampel kuku pada petani ditemukan jamur non dermatofit sebanyak 9 sampel (45%) Candida albicans, 4 sampel (20%) Aspergillus niger , dan jamur dermatofit 7 sampel (35%) Trichophyton rubrum. Berdasarkan hasil penelitian deteksi jamur dermatofit dan non dermatofit pada tinea unguium menggunakan media alternatif sukun dekstrosa agar ditemukan spesies jamur non dermatofit berupa Candida albicans dan Aspergillus niger , serta jamur dermatofit Trichophyton rubrum.
Kata Kunci : Tinea unguium, jamur, media alternatif
References
2. Setianingsih, I., Arianti, D. C., & Fadilly, A. 2015. Prevelensi, Agen Penyebab , dan Analis Faktor Resiko Infeksi Tinea ungunium pada peternak Babi di Kecamatan, Tanah Siang, Provinsi Kalimantan.
3. Candra, D. A. 2015. “Prevelensi Agen Penyebab, dan Analisis Faktor Risiko Infeksi Tinea ungunium pada Peternak Babi di Kecamatan Tanah Siang. Provinsi Kalimantan Tengah”. Jurnal Buski, 156.
4. Nurdin Erpi. 2020. Perbandingan Variasi Media Alternatif dengan Berbagai Sumber Karbohidrat Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Politeknik Kesehatan. Ternate.
5. Ravimannan, N., Arulanantham, R., Pathmanathan, S., & Kularajani, N. (2014). Alternative Culture Media for Fungal Growth Using Different Formulation of Protein Sources. Annals of Biological Research, 5 (1), 36-39.
6. Kwoseh, C.K., Darko. M. A., & Adubofour, K. 2012. Cassava Starch-Agar Blend as Culture Media. Bots. J. AgricApplSci, 8 (1), 815.
7. Tharmila, S., Jeyaseelan, E.C., & Thavaranjit, A.C. 2011. Preliminary
Screening of Alternative Culture Media for The Growth Of Some Selected Fungi. Archives of Applied Science Research, 3(3), 389-393.
8. Martyniuk, Stefan, O., & Jadwiga. 2011. Use of Potato Extract Broth for
Culturing Root-Nodule Bacteria. Polish Journal of Microbiology, 60 (4),
323–327.
9. Mutiawati, V.K. 2016. Pemeriksaan Mikrobiologi Candida albicans. Jurnal
Kedokteran Syiah Bacteria. Polish Jounal of Microbiology, 60 (4), 323-327.
10. Aini, N. & Rahayu, T. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Surakarta.